Well.. Novel yang ditunggu-tunggu akhirnya sampai juga ke
tangan.
Waktu megang pertama kali rasanya masih kayak ga’ percaya
kalo novelku bisa terbit. Kalo ditanya perasaannya bagaimana, mungkin lebih ke
perasaan lega ketimbang senang karena akhirnya apa yang udah dikerjakan
membuahkan hasil. Seneng sih, tapi satu hal yang kupelajari saat memperjuangkan
novel ini adalah ternyata perasaan bahagia lebih terasa saat dalam proses
perjuangan tersebut. Saat dimana kita berani memilih untuk mengambil resiko
besar untuk meraih impian kita. Perasaan bahagia itu ada ketika aku duduk dan
mulai menulis novel tersebut dengan penuh perasaan. Bahkan sambil sesekali
menangis mengingat masa-masa yang pernah ada karena novel itu adalah perjalanan
hidupku. Novelku adalah buku diary-ku. Dan menulisnya seperti bernostalgia
dengan masa lalu.
Yang tak pernah kubayangkan adalah ketika melihat respon
keluarga yang begitu besar. Mereka terlihat bersemangat waktu melihat paket buku
itu datang. Kakak-kakakku tersenyum sumringah. Dan hal yang paling membuatku
terkejut ketika kakak laki-lakiku meminta satu novelku. Aku kenal dia, dia
bukanlah orang yang suka membaca. Hidupnya jauh dari buku, buku yang
dipegangnya hanyalah seputar tutorial komputer. Ketika kutanya untuk apa ia
menjawab untuk dipajang di counter handphone miliknya. Aku hanya bisa tersenyum
dan terharu mendengarnya. Sedangkan kakak perempuan malah meminta tiga buah,
satu untuk dirinya sedangkan sisanya untuk dikirim kepada teman-temannya di
Pulau Jawa dan Sulawesi.
Aku ini penulis, tugasku hanyalah menulis. Aku sering
berpikir tidaklah penting orang-orang terdekatku tahu bahwa aku sudah
menerbitkan novelku. Bahkan kadang aku merasa lebih baik mereka tidak usah
tahu. Teman-teman kuliahku pun tidak ada yang kuberitahu, tapi sepertinya Allah
berkata lain. Tiba-tiba saja -bahkan sebelum novelku ada di Gramedia dan
toko-toko buku lainnya- salah satu temanku mengucapkan selamat atas terbitnya
novelku. Aku hanya bisa kaget tak percaya. Entah dari mana ia tahu, setelah
kucek ternyata teman-temanku sedang ribut membicarakan novelku di grup
WhatsApp. Rupanya salah satu temanku dengan ajaibnya membaca postinganku di
blog tentang terbitnya novelku. Sungguh aku terkejut luar biasa. Ternyata
temanku membaca blog-ku. Aku tak bisa mengucapkan apa pun, hanya bisa berterima
kasih atas apresiasi mereka kepadaku.
Dan setelah novelku sampai dan kakak-kakakku meminta
novelku, aku mengabarkannya pada salah satu orang yang berjasa tak lain tak bukan
adalah guruku. Dan sejak saat itu semuanya pun tahu. Tak lama calon istri
guruku memberi selamat dan ketika kubuka facebook, benar saja guruku memposting
foto novelku yang kukirim padanya. Dan teman-teman yang lain pun jadi
ikut-ikutan mengetahuinya. Alhamdulillah, teman-teman serta guruku jadi ikut
bagian dalam mempromosikan bukuku tersebut.
Dan yang paling membuatku terkejut adalah ketika kakak
laki-lakiku ikut memposting foto novelku di akun facebooknya. Aku yang
membacanya amat sangat terharu. Tak pernah kusangka akan begini respon
teman-teman dan keluargaku. Karena selama ini aku sebenarnya berusaha
menutupinya kecuali pada orang tua dan teman-teman terdekat yang ikut membantu
dalam penulisan novelku ini.
Sejak itu ucapan selamat berdatangan bahkan dari keluargaku
di Pulau Jawa yang mengetahuinya berkat postingan kakak laki-lakiku tersebut. Dan
yang lebih membuatku terkejut sekaligus terharu dan bahagia adalah ketika
laki-laki paling berjasa dalam hidupku yaitu bapakku merespon dengan baik
ketika tahu novelku telah terbit. Saat bukuku datang ia ada di kampung jadinya
ia baru tahu beberapa hari ini. Dan ketika ia tahu tak lama saudaraku di
Sulawesi memberi selamat. Rupanya bapakku yang tak pernah kuduga memberi tahu
sepupuku itu. Padahal ketika dulu tahu novelku diterima oleh penerbit,
responnya biasa saja bahkan terkesan mengejek. Kini ia bahkan memberi tahu
saudara-saudara di kampung halamannya. Kini aku tahu satu hal, di balik
sikapnya yang terkesan dingin dan pendiam, aku tahu ia pun sebenarnya senang
dengan terbitnya novelku.
Sejak novelku datang, aku rajin mengunjungi toko buku untuk
mengecek apakah novelku sudah ada di toko buku atau belum. Beberapa kali ke
sana ternyata belum ada. Padahal aku berniat untuk memfoto bukuku yang ada di
rak toko buku (oke, katakanlah aku kampungan, katrok, dll). Dan ketika kesekian
kalinya aku datang, akhirnya bukuku sudah ada di rak Gramedia. Tapi sayangnya
sebelum aku sempat memfoto aku mendapat panggilan darurat dan harus segera
pergi. Saat itu aku berjanji untuk datang lagi dan mengambil fotonya. Tapi
karena kesibukan aku tak sempat lagi. Tapi tak perlu menunggu berlama-lama
rupanya teman-temanku dengan baik hatinya bahkan tanpa diminta mengambil foto
novelku yang dipajang di beberapa toko buku. Saat itu aku hanya bisa bersyukur
kepada Sang Pencipta yang dengan murah hatinya telah memberikanku teman-teman
yang begitu perhatian.
Dan bukan hanya mendapat respon yang baik dari keluarga
serta teman, aku juga mendapat perhatian yang baik dari penerbit Tiga
Serangkai. Pihak Tiga Serangkai selalu memberi kabar tentang perkembangan
bukuku. Mereka begitu ramah dan menghargai ku sebagai penulis. Dan editor
bukuku sungguh jauh dari kesan yang selama ini kutangkap. Ia sangat ramah dan
baik padaku. Bahkan kami sering mengobrol di luar dari novelku. Sungguh ini
adalah anugerah yang luar biasa besar dari Allah.
Dan saat ini ketika novel ini telah terbit, aku mendapatkan
hal-hal yang lebih dari sekedar mencapai cita-cita. Tapi aku juga mendapat
sebuah kesadaran dan pemahaman akan kehadiran sebuah keluarga dan sahabat yang
baik. Alhamdulillah.. Segala Puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar