-Harus kita akui ternyata kita belajar
lebih banyak dari kegagalan dibandingkan dari keberhasilan, walaupun kita semua
justru memusuhi kegagalan itu sendiri-
Saya
memiliki seorang teman yang mempunyai kisah hidup sangat pelik dan bila anda
mendengar kisahnya mungkin anda mengira ini adalah skenario sebuah sinetron.
Tapi yang akan anda dengar ini adalah kisah nyata dari seorang perempuan yang
menurut saya sangat tegar bahkan di usianya yang sepadan dengan saya. Kami
lahir di tahun dan bulan yang sama dan hanya berbeda beberapa hari saja. Kami
menjadi seorang teman dekat saat ini di bangku kuliah. Awalnya saya mengira
bahwa dia adalah perempuan kebanyakan. Perempuan cantik, suka berdandan dan
berotak dangkal. Namun setelah lama mengenalnya dan lama kelamaan setelah kami menjadi
teman dekat, saya baru mengetahui kisah hidupnya dan penilaian saya terhadapnya
berubah.
Dia
adalah anak pertama di keluarganya dan memiliki seorang adik laki – laki.
Awalnya orang tuanya adalah seorang yang kaya dan berkecukupan. Hidupnya
bahagia dan tentu saja ia bisa memiliki apa pun yang ia mau. Tapi kita tidak
bisa terus di atas kadang kita perlu merasakan hidup di bawah. Dan itu terjadi
pada keluarganya, ayahnya bangkrut karena ditipu orang. Bukan hanya itu saja,
ayahnya juga harus menanggung sejumlah utang dan menjalani beberapa kali
persidangan. Kehidupannya berubah total dan keluarganya harus jungkir balik
memenuhi kebutuhan sehari – hari. Di usianya yang terbilang masih remaja kala
itu dapat dikatakan apa yang menimpa keluarganya sungguh mengguncang dirinya
terutama mentalnya. Dia berkata bahwa dulu ia sempat malu dengan kondisi
keluarganya saat itu.
Tak
hanya menyerang mentalnya, fisiknya pun turut merasakan derita karena orang
tuanya yang mungkin saat itu belum bisa menerima keadaan yang dialaminya sering
mencurahkan kekesalan dan emosinya kepadanya. Tak jarang ia menerima kekerasan
fisik seperti dipukul bahkan dijambak oleh ibunya sendiri. Dan ternyata
kekerasan itu ia alami sejak kecil sebelum ayahnya ditipu orang. Hal itu
disebabkan karena pernikahan kedua orang tuanya tidak disetujui oleh keluarga
dari pihak si ibu karena perbedaan keyakinan. Tapi kekerasan yang dialaminya semakin
menjadi – jadi semenjak keluarganya harus pontang – panting mencari uang untuk
hidup mereka. Yang paling miris adalah ketika ia bercerita saat memasuki SMA dan
ia tidak memiliki uang untuk pendaftaran ia meminta kepada orang tuanya. Orang
tuanya yang saat itu baru saja menguras seluruh tabungan mereka untuk membayar
ganti rugi ke banyak pihak merasa amat terbebani dengan permintaan putrinya
sendiri, bahkan untuk membayar uang pendaftaran anak mereka, mereka sama sekali
tidak memiliki uang. Dan yang mengejutkan ia berkata kepada putrinya : “Kamu
kan punya Tuhan, sana minta sama Tuhanmu”. Perkataan ibunya yang seperti
memainkan imannya sangat menjatuhkan mentalnya. Di usianya yang belum menginjak
17 ia diharuskan berpikir yang sepertinya belum pantas untuk dipikirkan oleh
anak seusianya.
Ia
menangis seharian, dan ia hanya bisa pasrah kepada Tuhan, apa pun yang terjadi
terjadilah besok. Esoknya Tuhan membalas semua doa – doanya. Ayahnya mendapat
uang dari teman lamanya yang jumlahnya tidak lebih dan tidak kurang untuk
membayar biaya pendaftaran sekolahnya. Hingga saat ini kehidupan keluarganya
sedikit demi sedikit mulai membaik dan orang tuanya sudah tidak pernah lagi
melakukan kekerasan terhadapnya. Untuk menambah biaya kuliah dan kebutuhan
sehari – hari teman saya ini sering mengambil kerja part – time sebagai SPG.
Ketika mendengar kisah ini dari dia saya sendiri merasa cukup sulit menerima
karena apa yang dialami olehnya sangatlah memilukan, bahkan jika saya sendiri
yang harus menjalaninya mungkin saya tidak akan bisa bertahan.
Saat
saya menulis kisah ini saya merasa amat sangat bersyukur karena walaupun saya
tidak kaya dan keluarga saya hidup dalam kesederhanaan, kami sangat bahagia.
Saya punya harta yang paling mahal di dunia ini yaitu iman saya kepada Allah
dan orang tua saya yang selalu berada di samping saya dan mencintai saya. saya
tak dapat membayangkan bagaimana jika saya harus di posisinya dengan keadaan
orang tua saya yang selalu memukuli saya. I think I’m really extremely the
luckiest girl in the world!
Saya
belajar banyak dari teman saya yang satu ini dimana dalam keadaan yang begitu
memojokkan kehidupan kita, kita harus tetap bertahan. Dan yang paling
membanggakan buat saya adalah ketika ia berkata kepada saya “Mungkin kalo bapak
aku ga bangkrut aku sekarang ga usah kerja, hidupku berkecukupan. Tapi dengan
adanya cobaan ini aku bersyukur setidaknya aku bisa lebih dewasa dan bisa
belajar buat cari uang sendiri. Dan hidupku setidaknya lebih bervariasi!”
Kalimat
itu akan saya ingat seumur hidup saya. Kalimat dari seorang perempuan tegar
yang sudah mengalami pahitnya kehidupan dan masih bisa bertahan hingga kini.
Dan perempuan itu adalah teman saya. Sekarang, jika dia saja yang mengalami
cobaan begitu hebat masih bisa bertahan dan berpikir positif bagaimana dengan
anda yang mungkin hanya karena diputusi oleh pacar saja ingin berniat untuk
bunuh diri? Kenapa anda tidak bersyukur dan mencoba untuk menikmati setiap
cobaan dalam hidup anda karena tanpa anda sadari mungkin cobaan – cobaan itu
dapat membuat diri anda jauh lebih dewasa dan bijaksana dalam memahami
kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar