Pages

Sentilan Kecil Dari Tuhan




Saat ini jika ada di antara anda yang mengalami masalah hidup entah itu masalah dengan pacar, keluarga, karir maupun keuangan dan berpikir bahwa hidup anda tidak berarti saya harap dengan membaca artikel ini anda dapat merubah pandangan anda. Sebelumnya anda harus tahu bahwa dunia ini memang tidak adil. Kenapa? Karena orang baik dan orang jahat sama – sama diberi waktu 24 jam sehari, sama – sama hidup di bumi dan sama – sama dapet masalah. Ga adil kan? Seharusnya anda yang baik hati dapat waktu lebih banyak paling ga 30 jam dalam sehari dan hidup tenang – tenang aja atau si jahat kenapa ga ditaruh aja langsung di kerak bumi yang panas. It’s not fair right?!

Kalo anda beneran mikir gitu ga papa anda ambil pisau dan tusuk diri anda sekarang juga, toh dunia ga akan berhenti berputar karena kehilangan satu nyawa. Inget dunia ga cuma berputar di sekeliling anda saja! Dunia memang terasa kejam, tapi untuk itulah dunia dibuat. Dunia ga ada tempat buat manusia – manusia lemah yang bisanya cuma nyalahin Tuhan buat semua kejadian ga enak yang mereka alamin. Jadi buat yang ngerasa diri kalian cukup tangguh ga usah mewek – mewek lagi. Move on guys! Buktiin kalo kalian pantes hidup di dunia ini,buktiin kalo dunia salah nyari lawan. Tapi buat yang masih bergalau – galau ria dan masih ga terima dengan ujian yang kalian hadepin mari kita simak pengalaman saya satu ini, mudah – mudahan bisa buka pikiran dan hati kalian buat move on.

Pernah ada satu episode di Hitam Putih, dimana di akhir acara si DeCo (Deddy Corbuzier) bilang gini : “Kadang – kadang manusia emang perlu disentil bahkan di tendang dulu supaya mereka sadar sehingga bisa berguna dan berubah jadi lebih baik lagi”. Ya ga persis – persis amat sih dia bilang gitu, tapi intinya kurang lebih kayak gitulah... Kenapa kalimat itu begitu nusuk buat saya karena saya pernah ngalamin apa yang si DeCo omongin.

Masih inget sama kejadian Bom Bali 1 yang bikin orang – orang sejagad geger? Bayangin aja, orang – orang di luar negeri aja segitu hebohnya apa lagi kita – kita yang tinggal di Bali langsung. Dampak dari Bom itu bukan Cuma bikin ratusan nyawa melayang tapi juga ribuan pekerjaan orang – orang yang masih hidup juga melayang. Salah satu yang kena dampaknya adalah ayah saya. Sebagai tenaga kuli biasa yang menggantungkan hidupnya dari proyek – proyek pembangunan bisa dibilang ini merupakan salah satu fase terberat. Gimana enggak selama setahun proyek – proyek di Bali yang biasanya diwarnai pembangunan hotel – hotel benar – benar mati suri. Akibatnya selama setahun itu ayah saya terpaksa mencari alternatif pemasukan dari pekerjaan lain. Saat itu saya yang masih kelas 6 SD ikut pula merasakan kebingungan ayah saya. Saya sama saperti anda juga sempat bertanya – tanya mengapa harus saya? Mengapa harus keluarga kami yang mengalami ini? Saya tahu benar bahwa ayah dan ibu saya adalah orang yang taat beragama, dan saya juga tahu bahwa ayah saya seorang yang dermawan. Ia sering menolong orang lain yang kesusahan, bahkan ia pernah membawa seorang ibu yang ditinggal suaminya ke rumah sakit untuk melahirkan. Jadi kenapa keluarga kami harus ikut – ikutan terkena dampaknya?

Saya yang waktu itu masih kecil benar – benar tidak mengerti dan bingung harus berbuat apa. Namun, satu yang saya masih ingat sampai sekarang dan membuat saya justru merasa bersyukur dengan cobaan kali ini adalah untuk pertama kalinya saya menunaikan ibadah sholat dengan keinginan penuh dari hati. Dalam sholat, saya meminta agar Allah membantu kami untuk menyelesaikan persoalan kami. Setelah sholat, ibu saya pun sempat heran dan bertanya – tanya mengapa saya tiba – tiba sholat? Saat itu saya memang jarang sekali menunaikan ibadah sholat, bahkan walaupun orang tua saya menyuruh saya sampai membentak, saya tetap jarang untuk melaksanakan sholat. Mungkin saat itu saya masih belum tahu tujuan dari ibadah sholat dan masih merupakan ganjalan bagi saya untuk melakukannya karena terlalu merepotkan bagi saya untuk sholat 5x dalam sehari.

Sampai suatu ketika di penghujung tahun 2003 guru saya mengikutsertakan saya dalam perlombaan olimpiade IPS, entah itu karena perlombaan akademik saya yang pertama atau kerana saya terlalu gugup saya benar – benar berusaha keras. Saya meminjam buku – buku dari adik kelas dan untuk pertama kalinya juga saya benar – benar belajar tanpa pernah memikirkan hasil yang akan saya peroleh nanti. Satu hari sebelum perlombaan dilangsungkan saya bangun pukul 3 pagi dan belajar. Keesokannya saya memulai lomba dengan perasaan benar – benar kacau. Tapi akhirnya saya masuk babak final. Saat pengumuman juara akan dilangsungkan saya benar- benar cemas,tanpa sadar saya mengucapkan sebuah nazar yang tidak akan pernah saya lupakan. Nazar yang mengubah hidup saya, bisa dibilang merupakan titik balik kehidupan saya. Saya bernazar bahwa jika saya menang saya akan rajin sholat. That’s it! Bisa di tebak setelah saya mengucapkan nazar nama saya dipanggil sebagai juara ke tiga!

Di usia saya yang saat itu masih terbilang sangat muda saya menyadari bahwa hidup sangat tidaklah mudah tapi jika kita mau bertahan dan terus mencoba untuk hidup dengan baik kamu akan melihat bahwa ada keindahan yang luar biasa di balik setiap ujian. Keindahan yang diberikan Tuhan sebagai penghargaan bagi kita, ujian yang pada akhirnya kita akan syukuri sebagai karunia terindah dimana kita bisa tersenyum kala kita mengingat setiap tetes air mata yang tercurah untuknya, setiap bulir keringat yang tertumpah telah berganti menjadi senyum kemenangan seorang hamba yang telah berhasil memenangkan perlombaan hidup. Itulah sentilan yang Allah berikan buat saya, hnaya sentilan kecil dari sekian banyak sentilan – sentilan lain yang akan saya alami sepanjang hidup saya. Namun sentilan kecil itu begitu berdampak buat saya.

Semenjak itu saya berusaha untuk menepati janji saya kepada Allah bahwa saya akan rajin sholat. Anehnya nazar yang saya lakukan tersebut saya ucapkan secara spontan, namun mengapa saya benar – benar memenuhi janji itu? Hari sebelumnya saya masih merasa ogah – ogahan untuk melaksanakan sholat, tapi di hari berikutnya saya sepenuh hati dapat melaksanakan sholat, mengapa? Karena semata – mata pintu hati saya alhamdulillah telah dibukakan oleh Allah sehingga sholat yang saya lakukan bukan karena hanya rasa berterima kasih atas kemenangan yang diberikan oleh-Nya namun juga sebagai bentuk pengakuan bahwa Dia tidak pernah meninggalkan saya. Bahkan justru di saat Dia memberikan cobaan, Dia sedang memberikan jalan untuk saya agar bisa mengenal diri-Nya lebih dekat.

So, buat kalian – kalian yang uda baca ini masihkan anda mengeluhkan kehidupan kalian? Dan bagi anda yang saat ini sedang dalam keadaan baik apakah harus menunggu sentilan Tuhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar