Pages

Untuk Troya dan Noura : Catatan Kehidupan Seorang Muslim di Bali Setelah Bom Bali (I)












-Tidak ada agama teroris yang ada hanyalah teroris agama-

Tahun ini tepat 10 tahun kejadian Bom Bali 1 yang menewaskan 202 korban. 12 Oktober 2002 silam merupakan titik balik kehidupan umat muslim karena dengan kejadian tersebut, banyak yang men-judge islam sebagai agama teroris. Iman serta pikiran umat muslim serasa diterpa angin kencang, bergerak ke sana kemari tak menentu. Sebagai umat muslim yang tinggal di Bali yang notabene dijadikan tempat teror bom, saya pikir kami benar – benar mendapat ujian. Tidak karena kami mendapat intimidasi dari penduduk asli Bali yang mayoritas beragama Hindu tapi karena kami amat sangat merasa malu dengan kejadian tersebut. Kejadian tersebut seperti mencoreng arang ke muka kami sendiri. Bertahun – tahun kami tinggal di Bali dengan penuh damai dan saling bertoleransi dengan penduduk asli Bali sampai salah satu saudara muslim kami sendiri melakukan hal yang amat sangat memalukan dan itu membuat kami menjadi umat yang seolah – olah tidak tahu terima kasih. Kami sebagai penduduk pendatang yang kebanyakan berasal dari pulau Jawa yang beragama Islam, yang telah diberi keamanan dan kesempatan berbaur dengan masyarakat Bali sendiri untuk mencari nafkah serta penghidupan kenapa justru salah satu dari kami malah “menghancurkan” tempat ini?



Saya sendiri merasa geram dan tidak habis pikir kenapa harus Bali? Kenapa mereka menumpahkan kekesalan mereka terhadap Amerika di Bali? Kenapa mereka tidak pergi saja langsung ke Amerika dan berbuat onar di sana? Apa yang ada di dalam pikiran mereka sebenarnya? Beribu pertanyaan menghinggapi pikiran saya. Bahkan saya sendiri mulai bertanya – tanya beginikah Islam? Benarkah Islam agama teroris yang mengajarkan kekerasan? Jujur saja saat itu iman saya seolah – olah dipermainkan. Tak hanya itu saya mulai berprasangka buruk terhadap sebagian kalangan umat muslim hanya dengan melihat pakaiannya saja. Saya mulai menghina bahkan mencerca saudara seiman saya dengan pakaian yang mereka kenakan tanpa saya mau melihat lebih dalam apa yang mereka kerjakan. Setelah saya mengingat – ngingat kembali apa yang saya perbuat dulu saya pikir itu benar – benar memuakkan. Hanya karena perbuatan sekelompok orang saya pun menjadi orang yang berbeda dan itu menggelikan.

Tapi bagaimanapun kami umat muslim di Bali merasakan malu yang mendalam tapi kami sadar yang benar – benar merasakan dampak yang luar biasa dan paling menderita adalah rakyat Bali sendiri. Saya melihat dan merasakan sendiri luka yang mendalam di setiap warga di bali khususnya mereka yang beragama Hindu. Kejadian ini membuat luka yang besar dan menganga di hati mereka. Tak hanya itu akibat perbuatan kelompok teroris ini kehidupan warga Bali berubah total, perekonomian yang bertumpu pada sektor pariwisata lumpuh akibat larangan berkunjung yang dilakukan oleh sebagian negara. Saya melihat dengan jelas daerah Kuta yang biasanya ramai oleh turis – turis yang bersliweran dimana – mana lengang, hotel – hotel yang biasanya ramai pengunjung mendadak sepi dan tak sedikit yang gulung tikar. Semua orang megeluhkan jumlah kunjungan wisatawan yang merosot tajam. Toko – toko souvenir dibuat kebingungan dengan omset yang menurun drastis.


PHK terjadi dimana – mana khususnya mereka yang bekerja di hotel. Akibatnya pengangguran meningkat dan suasana di Bali berubah kacau dan memanas. Sempat di salah satu episode acara televisi “Aku Ingin Menjadi” mengupas kehidupan sebuah keluarga yang tinggal di gubuk di tengah sawah dalam kemiskinan mereka. Sang Bapak bercerita bahwa mereka dulu hidup berkecukupan. Usaha toko souvenir yang dikelolanya berkembang baik dan tiba – tiba semuanya lenyap begitu saja setelah kejadian Bom Bali. Dia terpaksa gulung tikar karena omset yang terus menurun dan harus membayar utang di sana sini. Bahkan rumah mereka terpaksa dijual untuk menutup hutang. Saya tahu tak hanya satu keluarga yang merasakan hal ini, banyak keluarga di Bali yang terpaksa jatuh dalam kemiskinan akibat kejadian tersebut.  Saya amat sedih dan benar – benar marah dengan keadaan ini, akibat sekelompok orang bodoh ratusan bahkan ribuan orang terkena dampaknya. Ratusan orang meninggal dan ribuan lainnya harus berpikir keras untuk menyambung hidup mereka karena semuanya menjadi berbeda dan tak sama lagi seperti dulu. Termasuk keluarga saya.

Bali benar – benar tidak siap dengan keadaan ini dan semua mata menyorot kepada sekelompok orang yang mengatas namakan agama Islam untuk aksi teror mereka. Dan kami yang beragama Islam pun merasakan dampaknya. Tak dapat saya pungkiri bahwa ada  beberapa gesekan yang sempat terjadi,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar