Pages

Mari Berintrospeksi Diri Melalui Mak Yati


-Keagungan hidup bukan saat diberi tapi saat memberi, bukan saat dicintai tapi saat mencintai-



Kemarin saya sempat membaca sebuah artikel dalam satu majalah dimana kata – kata yang paling saya ingat adalah “Esensi dari Idul Adha bukanlah untuk membagi – bagikan hasil kurban kita kepada orang yang tidak mampu tapi Idul Adha adalah sebuah momen dimana kita benar – benar diuji apakah kita mampu dan rela berkurban demi Allah”.


Demi menunjukkan kecintaan kita kepada Sang Khalik maka sudah sewajarnya kita harus berani “mengorbankan” yang terbaik untuk-Nya. Hal inilah yang benar – benar ditunjukkan oleh seorang wanita tua yang berprofesi sebagai pemulung bernama Mak Yati. Mak Yati benar – benar membuat malu kita semua yang hidup berkecukupan namun enggan berkurban bahkan untuk seekor kambing. Dirinya yang bahkan tidak mempunyai tempat tinggal yang layak sungguh amat berani menabung selama 3 tahun dari penghasilannya yang tidak seberapa demi dapat berkurban tahun ini.


Ia yang seharusnya mendapat jatah kupon untuk mengambil daging kurban yang biasanya dibagikan kepada orang-orang yang tidak mampu justru menjadi salah satu penyumbang. Bahkan saya kehilangan kata-kata untuk menggambarkan betapa mulia hati nenek pemulung satu ini. Saya malu pada diri saya sendiru, saya yang hidup berkecukupan saja terkadang masih sulit untuk mengeluarkan barang 1000 perak untuk amal di kotak masjid. Namun seorang pemulung yang untuk makan saja kekurangan justru malah berani berkurban seekor kambing di hari raya.
 
Saya baru kali ini mendengar kesungguhan seseorang yang benar-benar mau berkurban setelah kurbannya Nabi Ibrahim AS. Di saat kita sendiri sangat membutuhkan tapi kita mau mengorbankan apa yang benar-benar berharga demi menunaikan perintah Allah itulah kesungguhan berkurban sebenarnya. Tidak semua orang sanggup melakukannya, tapi melalui Mak Yati kita tersadar bahwa untuk menjadi seorang yang besar dan berguna tidak harus memiliki jabatan yang tinggi atau uang yang banyak. Cukup dengan niat yang benar-benar tulus dari dasar hati dan keinginan untuk berbagi maka kita dapat menjadi seseorang yang hebat.


Melalui Mak Yati seorang pemulung yang hidupnya tidak seberuntung kita mari kita berintrospeksi diri kita masing-masing. Mampukah kita mengorbankan sesuatu yang amat berharga buat kita demi Sang Pencipta? Mampukah kita ikhlas menerima segala perintah dan keputusan-Nya? Ayo jangan kalah dari seorang pemulung!
  

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar