"Saat ikan terakhir mati..
Saat pohon terakhir layu..
Saat pohon terakhir layu..
Baru kita akan sadar jika kita tidak dapat memakan uang"
Hai
Troya dan Noura, hari ini memasuki pertengahan bulan Februari tahun 2013. Aku
ingin menceritakan pengalamanku yang cukup menarik. Beberapa waktu yang lalumungkin
lebih tepat kukatakan tahun lalu aku sempat mencoba naik sarbagita dengan 2
orang temanku yaitu Sora dan Rizky. Kami memang berencana sejak lama untuk
mencoba menaiki alat transportasi masal terbaru di Bali. Sarbagita adalah
jenis angkutan umum yang memang sengaja dibuat untuk mengatasi kemacetan di
Bali terutama di daerah rawan kemacetan seperti di simpang siur. Pendek
kata Sarbagita ini mirip dengan bus way di Jakarta, hanya saja Sarbagita ini
tidak mempunyai jalur khusus, namun karena body bus yang cukup besar yang
membuat Sarbagita ini hanya melewati jalur-jalur by pass dengan jalan yang
terbilang cukup lebar. Untuk di dalam kota juga dilewati Sarbagita, hanya saja
bus yang ada tentu tidak sebesar bus-bus besar seperti yang melewati bypass.
Dan juga bus-bus kecil ini berfungsi hanya sebagai pengantar sementara
penumpang ke halte yang dilewati oleh bus utama.
Saat
ini di Bali terutama di daerah Kuta, Sanur dan Nusa Dua yang merupakan pusat
wisata keadaannya sangat mengkhawatirkan. Tiap hari pada jam-jam berangkat dan
pulang kantor dapat dipastikan jalan-jalan penuh dengan kendaraan seperti
sepeda motor dan mobil. Semua kendaraan pribadi tumpah ruah ke jalan dan tak
terhitung jumlahnya. Tahun 2013 dengan perubahan iklim
yang mengakibatkan naiknya suhu bumi membuat kita sangat tidak nyaman berada di
luar ruangan. Dengan sedikitnya pohon-pohon peneduh menambah daftar
penderitaan yang akan kita dapat ketika kita berada di jalan. Bahkan bila kita
naik mobil sekalipun, justru menurutku dengan mengendarai mobil kita justru
hanya mengorbankan diri kita untuk menjadi kue panggang meskipun mobil kita
dilengkapi dengan AC. Dengan mengendarai mobil, kita akan semakin membuang
waktu kita untuk sampai ke tempat tujuan. Paling tidak waktu tempuh bila
mengendarai mobil akan bertambah 2x lipat dibandingkan dengan mengendarai
motor. Dan aku yakin, kita akan mati kebosanan berada di dalam mobil dengan
pemandangan manusia-manusia terpanggang sinar matahari di sekeliling kita. Dan
jangan anggap naik motor itu menyenangkan, waktu tempuh memang akan menjadi
lebih cepat tapi konsekuensinya kita harus merasakan sinar matahari yang
menembus kulit hingga tulang. Dengan menipisnya lapisan ozon
bumi, saat ini jam 10 pagi saja udara benar-benar panas dan panas matahari
seperti siap membakar siapa saja yang berani ke luar ruangan tanpa pelindung.
Bukan hanya mengakibatkan masalah pada kemacetan, dengan meningkatnya
jumlah kendaraan pribadi tiap tahunnya tentu akan berbanding lurus dengan emisi
karbon yang dikeluarkan.
1 motor saja tiap harinya dapat menyumbang banyak emisi karbon. Kalikan dengan
berapa jam yang ia habiskan di jalan lalu hitung pengeluarannya untuk membeli
bahan bakar dalam sebulan lalu setahun. Itu hanya dari satu motor saja, dan
seperti kita tahu kebutuhan akan kendaraan pribadi tiap tahunnya justru
meningkat tajam. Bila keadaan ini terus berlanjut tidak hanya macet yang
semakin parah namun kualitas udara di kota-kota besar dalam hal ini Denpasar
akan terus menurun dan memburuk karena polusi udara. Aku pikir hal
ini tidak hanya perlu dipikirkan oleh pemerintah nnamun juga msayarakat sebagai
pemegang andil terbesar dalam kemacetan dan polusi udara. Oleh karenanya dengan
dibuatnya angkutan umum seperti Sarbagita ini dapat menjadi solusi alternatif
untuk menekan tingkat kemacetan dan jumlah emisi karbon yang dikeluarkan. Bila masyarakat mau beralih untuk menggunakan angkutan umum ini tentu
merupakan tindakan yang sungguh bijaksana sebagai sebuah upaya untuk
menyelamatkan lingkungan.
Dan
aku sangat gembira dengan antusiasme masyarakat Bali untuk mencoba angkutan
umum satu ini. Ketika aku berada di dalamnya dan mencoba mengobrol dengan salah
satu penumpang, ia mengatakan bahwa ia sekarang ia sudah menggunakan
Sarbagita sebagai sarana untuk pergi dan pulang ke kantor. Dan ternyata tak
cuma satu dua orang yang memiliki alasan yang sama, banyak juga yang
menggunakannya untuk bepergian karena bagi mereka selain tarifnya yang
terbilang murah, dengan naik Sarbagita mereka merasa lebih nyaman, tidak merasa
capek, tidak kepanasan dan tentunya tidak merasakan stress karena macet.
Aku pikir ini merupakan langkah awal untuk merubah keadaan menjadi lebih baik.
Saat aku naik Sarbagita untuk pertama kalinya ini aku melihat bukan saja
wajah-wajah lokal, namun warga negara asing ternyata juga banyak yang
menggunakan Sarbagita ini untuk bepergian ke tempat-tempat wisata. Tak hanya itu, pemandangan yang cukup menarik buatku ketika banyak
bapak-bapak dan anak-anak remaja yang masuk ke Sarbagita beserta dengan sepeda
gayungnya. Salah satu temanku yang pernah melakukannya berkata bahwa
ia mengajak serta sepedanya ke dalam Sarbagita karena ingin mencoba naik sepeda
di sekitar Nusa Dua yang dilewati oleh angkutan umum ini. Dan aku juga yakin
beberapa orang yang melakukan hal serupa juga memiliki alasan lain salah
satunya karena mungkin mereka kecapekan menggayung sepedanya dan akhirnya
karena tidak kuat mereka akhirnya melanjutkan perjalanan dengan Sarbagita
beserta sepedanya. Hal yang cukup menarik bagiku.
Banyak
orang yang akhirnya tertarik untuk mencoba transportasi ini, dan saat ini aku
sering melihat banyak anak-anak sekolah yang diam di halte untuk menunggu
Sarbagita. Dan temanku pun juga berkata bahwa ia berangkat ke kampusnya yang
letaknya cukup jauh dengan Sarbagita beserta teman-temannya. Hal ini terbilang
cukup positif melihat antusiasme masyarakat yang dari ke hari semakin berminat
untuk beralih menggunakan Sarbagita untuk beraktifitas sehari-hari. Bila hal ini terus berlanjut tentu bukan tak mungkin kita dapat
mengurangi pemakaian bahan bakar fosil yang jumlahnya terus menipis dan menekan
emisi karbon yang dikeluarkan selain tentunya menjadi solusi untuk kemacetan. Aku harap Sarbagita ini juga dapat
membawa perubahan ke arah yanglebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar