Pages

Perlukah Kita Menikah?




Jumat lalu di Hitam Putih, idola saya DeCo (Deddy Corbuzier) sempet ngomong gini : “Sebenarnya perlukah kita menikah? Agama kita memang mengajarkan kita untuk menikah untuk menjaga garis keturunan kita, kita menikah karena kita memang mencintai orang tersebut, kita menikah karena mungkin orang tua kita menyuruh kita menikah. Namun apakah sebenarnya kita butuh dengan ikatan perkawinan itu sendiri?”. Mungkin ada sebagian dari anda yang langsung apatis dengan pertanyaan tersebut. Mungkin bagi anda pertanyaan tersebut bodoh untuk diutarakan. Namun bila anda berpikir kembali baik – baik benarkah anda membutuhkan ikatan pernikahan tersebut. Saya tanya kembali, sebenarnya apa tujuan anda menikah?

Di Indonesia terutama di desa – desa merupakan pemandangan wajar jika anak yang masih berumur di bawah 20 tahun sudah dinikahkan oleh orang tuanya. Bahkan menjadi hal yang biasa jika anak perempuan berumur 20 tahun sudah memiliki anak yang sudah duduk di bangku TK. Bahkan ibu saya sendiri pun melahirkan kaka saya ketika ia masih berumur 18 tahun. Coba kita pikirkan baik – baik, kenapa anak – anak itu mau saja dinikahkan oleh orang tuanya padahal mungkin belum tentu ia siap dengan pernikahan tersebut. Saya pernah mendengar suatu jawaban dari seorang wanita paruh baya di TV ketika ia ditanya mengapa ia mau saja dinikahkan oleh orang tuanya padahal umurnya belum genap 20 tahun. Jawab wanita tersebut, karena di desa – desa jika ada anak gadis belum menikah padahal umurnya sudah di atas 20 tahun maka ia dianggap perawan tua. Coba kita renungkan kembali pernyataan wanita tersebut. Berarti kita dapat membuat asumsi bahwa wanita tersebut takut untuk dianggap perawan tua oleh para warga sedesa. Intinya karena perasaan takut!

Ok, mungkin hal tersebut sudah jarang kita temui di desa – desa. Dengan zaman yang semakin maju mungkin kita hanya bisa melihat hal tersebut di desa yang benar – benar terpencil. Namun, di Indonesia sendiri pun sebenarnya tradisi kawin karena ‘takut’ itu masih sangat – sangat ada. Hanya saja belum banyak yang menyadari hal itu. Coba saja jika usia kita menginjak 25 tahun pasti ada orang tua kita sudah mengusik kita dengan pertanyaan – pertanyaan “kapan mau nikah?”, atau “kapan bawa pacarnya kesini?”. Yang paling menjengkelkan jika sanak saudara lain sudah mulai ikut – ikutan bertanya hal yang serupa. Akhirnya demi lolos dari keadaan maut tersebut kita pun segera melamar kekasih tercinta kita dan segera menikahinya dan pertanyaan pun berubah menjadi “kapan punya anak?”. Dan kita pun terjebak kembali dalam kondisi yang mengenaskan.

Pasti dari kalian pernah mendengar dari teman – teman ataupun saudara saat mereka memutuskan untuk menikah di usia 23 – 30 tahun dan saya yakin jika mereka ditanya mengapa menikah maka jawabannya hanya berkisar “soalnya di umur gue sekarang bukan waktunya buat main – main lagi” atau kalian juga pasti pernah denger yang kayak gini “soalnya umur gue sekarang mendekati usia kritis jadi gue mesti nikahlah”. Memang tidak semua orang menikah dengan alasan tersebut, pasti ada beberapa orang yang menikah karena memang mereka sudah siap untuk menikah. Namun jika ditanya kembali mengapa mereka memutuskan untuk segera menikah paling – paling jawaban mereka akan kembali kepada 2 hal di atas. Jadi sepertinya ada peraturan tidak tertulis di Indonesia ini yang mengatur batasan umur seseorang untuk menikah agar tidak dicap “perawan tua” bagi wanita dan “perjaka tua” bagi lelaki (belum pernah sih denger istilah perjaka tua sebelumnya).



Dan akibatnya tentu saja ada beberapa perkawinan yang tidak berjalan lancar dan mengakibatkan perceraian. Atau paling tidak sering kali kita melihat kedua orang yang menikah karena “umur” tersebut yang sebenarnya masih belum mengerti akan hakikat pernikahan merasa bingung dengan peran baru mereka yang ujung – ujungnya membawa mereka pada pertengkaran. Sebenarnya sah – sah saja mereka hendak menikah di usia tersebut, namun yang paling sering membuat masalah adalah jika di umur mereka tersebut, mereka menikah tanpa adanya keyakinan akan pasangan dan belum adanya kesiapan materi yang cukup untuk rumah tangga mereka. Yang pada akhirnya setelah mereka menikah mereka harus tinggal di sarang menakutkan (maksudnya rumah mertua). Jika ada yang berpendapat hal yang sama dengan saya dan mencoba bertanya kembali kepada mereka – mereka yang hendak menikah maka jawaban mereka adalah : “Nikah itu ibadah bro, jadi harus disegerakan. Masalah materi gampang selama kita berdua punya niat baik pasti ada jalan”. Kalo ada orang yang menjawab demikian maka katakan kembali : “Haloooo.... Lo mau kasik makan apa anak lo? Kasik makan cinta, mamam tuh cinta!”.

Mertua VS Menantu


Nikah itu perlu modal bung! Banyak orang di luar sana yang cuma ngandelin cinta aja buat nikah, ujung – ujungnya abis nikah mereka tinggal di rumah mertua trus lempar – lemparan piring dah ama mertua. Tapi karena yang punya rumah si mertua ya kita sebagai menantu cuma bisa senyum manis kayak malaikat waktu disuruh ini itu padahal di belakangnya kita ngeluarin garpu tala trus ambil boneka dan ngebayangin boneka itu si mertua kita sambil nusuk – nusuk itu boneka dengan penuh kepuasan. Jangan boong pasti ada kan yang ngerasa kayak gitu? Itu cuma segelintir masalah yang bakal kita hadepin kalo kita nikah cuma gara – gara takut di cap ini itu sama orang – orang. Emang sih walaupun kita nikah bukan gara – gara hal itu pernikahan kita bakal tetep ada masalah. Namanya juga pernikahan, namun kalo kita nikah di saat yang tepat hal – hal yang bisa bikin berantem dan bikin kita ga nyaman sama pernikahan kita jadi lebih sedikit kan?

Bukan berarti saya nyaranin kita ga perlu nikah lho. Sama sekali enggak, namun harusnya sebelum kita nikah kita harus mikir lagi bener ga sih saya butuh pernikahan ini? Buat orang – orang yang berpikiran bebas seperti orang – orang dengan kebudayaan Barat, sebagian mereka ga butuh namanya ikatan pernikahan. Mereka ga suka dengan ikatan yang bagi mereka justru mengekang kebebasan mereka. Akhirnya mereka milih buat tinggal dengan pasangan mereka tanpa ada ikatan pernikahan intinya kumpul kebo. Pasti ada yang mikir wah kalo gitu kumpul kebo kayaknya enak tuh! Ga ada keterikatan jadi bisa pergi sama siapa aja dan yang paling penting ga ada kewajiban satu sama lain. Jadi kalo bosen tinggal pergi sama yang laen! Enak ga tuh?! Emang enak kayaknya, tapi kumpul kebo itu kalo menurut hemat saya cuma nguntungin buat pihak si cowok aja, kenapa? Ya karena selama ga ada ikatan pernikahan si cowok bisa dengan seenaknya dateng buat tidur ama si cewek trus pergi sesuka hati. Kalo si cewek perutnya mblendung trus brojolin anak, si cowok sah – sah aja kan ga tanggung jawab buat nafkahin mereka, lha wong si cowok bukan siapa – siapanya si cewek! Iya kan?

Trus kalo ada yang nanya lagi berarti nikah itu cuma nguntungin pihak si cewek aja dong, soalnya nikah cuma bikin pihak cowok terikat sama si cewek buat nafkahin dia ama anaknya? Kayaknya sih bener juga tapi buat kalian para lelaki di luar sana, apa kalian ga pengen punya istri yang masakin kalian tiap hari, mijetin kalian kalo lagi sakit? Apa kalian ga pengen punya anak yang kalo anak itu udah gede dan uda kerja bisa bantuin kalian di hari tua? Emang mau kalian tua sendirian tanpa ada siapa – siapa di samping kalian? Kalo kalian mau mati sapa yang mau ngurusin kalo bukan anak ama istri? Kambing lo? Bukan cuma para lelaki aja yang bisa kabur dari tanggung jawab dengan alasan ga ada ikatan pernikahan, para wanita pun sama. Mereka bisa aja kabur ga mau ngurusin kalian para lelaki karena ga ada ikatan pernikahan kan?

Jadi pernikahan itu penting guys! Pernikahan itu saling ngejamin hak – hak lelaki dan perempuan di masa kini dan masa yang akan datang, jadi saling menguntungkan. Enaknya lagi kalo kalian punya anak, anak kalian juga jelas siapa bapaknya siapa ibunya dan dia juga punya hak dan kewajiban ke kalian. Jadi pada intinya kita butuh yang namanya pernikahan itu buat kehidupan yang lebih baik. Kalo ga ada yang nikah dan lebih suka kumpul kebo siap – siap aja kita semua mati karena AIDS dan kita jadi bingung siapa orang tua kita sebenernya, iya kan?

Ada baiknya sebelum nikah kalian mengerti hakikat pernikahan dan tujuan kenapa setiap agama nganjurin kita nikah. Ya karena alasan itu tadi, pernikahan menjamin hak dan kewajiban si suami, anak dan istri. Dan yang paling penting  pernikahan mengangkat derajat kaum wanita karena dengan pernikahan menghindarkan si perempuan dari kelakuan semena – mena kaum lelaki. Jadi menikahlah kalian bukan karena takut di cap ini itu. Banyak hal yang perlu disiapkan ketika anda menikah, namun yang namanya manusia tidak akan pernah siap. Jadi menikahlah kalian ketika anda YAKIN dengan pasangan anda bahwa ia bisa menemani kalian sampai hari tua dan YAKIN bahwa anda mampu melakukan hal yang sama terhadap pasangan anda. Selamat menikah bagi yang hendak menikah dan bagi yang belum pahami dulu makna pernikahan dan yakinkan diri anda sebelum anda menikah. Selamat berbahagia!

1 komentar:

  1. Wah blog baru ya.. semoga terus sengat menulis. Posting yang sungguh menarik ;)

    BalasHapus