Kemarin setelah
tukar pikiran dan diskusi soal perkosa – perkosaan sama seorang cowok (bukan
berarti kita saling perkosa ya), saya jadi kepikiran untuk nulis sesuatu dimana
artikel ini dapet inspirasi dari kata – kata si cowok waktu dia bilang : “ane
lebih mikirin motivasi si cowok kenapa dia tega banget ngelakuin hal bejat
kayak gitu”. Buat saya hal itu terdengar “wow” karena terucap dari seorang
cowok yang notabene merupakan makhluk yang paling sering bertindak sebagai
pelaku. Dan karena seperti kita tahu atau seperti yang saya sangka sebelumnya
bahwa hal yang wajar jika seorang lelaki memiliki naluri untuk ‘meniduri’
seorang wanita cantik apalagi dengan suasana yang mendukung. Namun, kata – kata
si lelaki yang saya rahasiakan namanya ada benarnya juga. Walaupun naluri
lelaki untuk tertarik melihat dan bahkan ‘meniduri’ perempuan kita anggap wajar
tapi apakah naluri lelaki juga yang menarik dirinya untuk sampai melakukan hal
sebejat itu?
Ada suatu
penelitian dimana orang – orang disuruh memilih makanan mana yang paling
menggiurkan untuk dirinya diantara kue tart dan apel. Ternyata banyak diantara
mereka yang lebih memilih kue tart sebagai makanan yang paling menggiurkan
untuknya. Namun ketika kedua makanan tadi disodorkan kepada anak - anak kecil,
ternyata anak kecil lebih memilih apel sebagai makanan yang paling membuat
mereka tertarik. Dulu sebelum kue tart ada orang – orang memakan makanan yang
mengandung gula – gula alami seperti madu dan buah – buahan dan seiring
perkembangan zaman orang – orang mulai berpikir untuk membuat gula dari bahan –
bahan sintetis dimana seperti kita ketahui bersama bahwa gula dari bahan
sintetis ini terbukti membawa dampak yang buruk bagi kesehatan seperti
diabetes, obesitas dan masalah kesehatan lainnya.
Kenyataan bahwa
anak – anak kecil lebih suka terhadap apel dibandingkan dengan kue tart juga
menunjukkan bahwa naluri manusia itu pada dasarnya lebih suka terhadap hal –
hal yang bersifat alami. Diri dan mental mereka merupakan hal yang baik pada
awalnya. Namun seiring tumbuh kembang mereka, akan ada banyak faktor pula yang
membentuk kepribadian mereka. Jika faktor – faktor tersebut merupakan hal yang
baik maka seorang manusia akan tumbuh berkembang menjadi baik, dan sebaliknya
jika mereka terus dipengaruhi hal – hal buruk mereka akan menjadi pribadi yang
buruk juga. Saat mereka berbuat baik itulah diri mereka sebenarnya, diri mereka
yang fitrah. Pencitraan dari pribadi mereka yang memang dilahirkan alami dan
suci. Namun ketika mereka berbuat suati kejahatan dapat dipastikan mereka
bukanlah manusia yang sama, bahkan bukan manusia karena yang melakukan
kejahatan sebenarnya bukanlah mereka sendiri namun faktor – faktor buruk yang
terus terkumpul dalam diri mereka.
Maka pada
kenyataannya banyak diantara kita yang setelah melakukan kejahatan lalu
berpikir ulang akan merasa menyesal dan tidak percaya bahwa mereka dapat
melakukan hal yang demikian. Demikianlah manusia tercipta, kita tercipta bukan
dengan pikiran dan naluri – naluri yang jahat namun kita tercipta untuk terus
berkembang. Dan kita sendirilah yang menentukan apakah kita mau berkembang
dengan keadaan yang baik atau berkembang dengan keadaan yang buruk. Pada
akhirnya semua keputusan kembali ke tangan manusia itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar